"Keberlanjutan kelapa sawit tidak perlu diragukan, sejak 1911 ketika dimulai usaha perkebunan sawit di Sumatera Utara, terbukti masih bisa bertahan," kata Azmal.
Azmal menambahkan, sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Jika rata-rata satu keluarga punya anggota keluarga satu istri dan dua anak, maka tidak kurang 16 juta jiwa yang menggantungkan kehidupan pada bisnis perkebunan kelapa sawit ini.
Untuk keberlangsungan usaha di sektor perkebunan kelapa sawit, Azmal berharap pemerintah dapat memberi perhatian terutama terkait regulasi sektor sawit yang sering berubah, demikian pula terkait proses perizinan dan biayanya.
"Terkadang ada ketidaksinkronan kebijakan antarinstansi terkait dan itu menyulitkan kami," katanya.
Wakil Gubernur Kaltim H Mukmin Faisyal mengatakan prospek usaha dan tantangan di era pemerintah baru tentu ada. Gapki perlu mencermati dan melakukan langkah-langkah antisipasi agar usaha terus berjalan berkesinambungan, menguntungkan pengusaha tetapi juga memberi dampak luas bagi kesejahteraan masyarakat.
"Prospek dan potensi agribisnis sawit masih sangat baik, terlebih jika ditinjau dari sisi pengembangan produk," kata Mukmin.
Menurut dia Gapki harus tetap optimis, sebab pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung potensi kesesuaian dan ketersediaan lahan, peningkatan produktifitas serta semakin berkembangnya industri hilir.