“Sebagai produsen sawit terbesar dunia, kita miskin inovasi,” kata Direktur Eksekutif Gapki, Danang Girindrawardhana di Jakarta, bar-baru ini.
Menurutnya, kesulitan mengakses petani perkebunan kelapa sawit berdampak pada terhambatnya inovasi dalam produktivitas industri hilir. Karenanya, sebagai salah satu cara mendorong inovasi, dia minta pemerintah agar bisa menyusun kebijakan yang mengarah pada pemberian insentif industri sawit hilir.
Ia juga mengungkapkan bahwa kepemilikan lahan petani swadaya telah mencapai sekitar 4,2 juta hektar. Namun di sisi lain, interaksi petani swadaya masih berada dalam pola produksi yang tradisional. Contohnya, untuk manajemen pengolahan lahan, pembibitan, pemupukan dan status lahan.
“Perkebunan sawit bakal semakin produktif ketika diolah secara profesional seperti korporasi,” ujar Danang.
Dari sisi jumlah tutupan lahan hutan, Indonesia tercatat memiliki hutan sebesar 52%, jauh lebih besar dari Amerika Serikat 48% dan Inggris 13%.
Sementara, peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menjelaskan, inovasi Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. Meski peringkat Ease of Doing Business dari World Economic Forum meningkat dengan penghitungan yang hanya terfokus di Jakarta dan Surabaya.
Menurut hitungan Indef, kelapa sawit merupakan komoditas strategis dengan penyerapan 8,2 juta tenaga kerja dengan pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor tersebut mencapai 4 kali lebih tinggi dari garis kemiskinan.
Dirjen Perkebunan Bambang mengungkapkan, pemerintah ingin melakukan pendataan komprehensif agar penggunaan lahan petani swadaya dan juga perusahaan bisa lebih optimal. Namun karena keterbatasan anggaran, dia menyarankan agar Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit mendanai keperluan pendataan luas perkebunan.
Dengan begitu, identifikasi penggunaan lahan yang masuk kawasan hutan bisa diperjelas. Jika ada kejelasan, relokasi petani swadaya pun bisa dilakukan. “Kegiatan perizinan perkebunan di daerah menjadi lebih mudah diatur,” kata Bambang. *** sumber: majalahhortus.com