Setelah melalui rentang waktu yang tidak pendek, organisasi Dewan Kopi Indonesia yang telah dideklarasikan sejak 9 Desember 2017 di Yogyakarta, akhirnya diresmikan oleh pemerintah. Hal itu ditandai dengan dikukuhkannya pengurus Dekopi Periode 2018-2022 – Ketua Umum Anton Apriyantono (Menteri Pertanian Periode 2004-2009) dan Sekretaris Jamil Musanif –
oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, di Intermark Hall, Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Minggu (11/3).
Pendeklarasian Dekopi yang dihadiri oleh sejumlah organisasi kopi dan tokoh-tokoh perkopian Indonesia, dipicu oleh keprihatinan insan perkopian nasional yang melihat perkembangan produksi kopi di negeri ini yang makin menurun dari waktu ke waktu.
Padahal, produk kopi Indonesia telah lama dikenal dan mendapatkan tempat di pasar internasional sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Beberapa di antaranya adalah, Java Coffee, Gayo Coffee, Toraja Coffee dan lainnya.
"Kopi kita dikenal di mana-mana di sejumlah negara lain, seperti Java Coffee, Gayo Coffee, Toraja Coffee. Betapa kayanya kopi kita dan dikenal dunia, sayangnya, kita kurang apresiasi. Malah tahunya kopi impor," ungkap Anton.
Diakuinya bahwa pembentukan Dekopi ini termasuk terlambat jika dibanding dengan dewan sejenis untuk komoditas perkebunan lainnya, seperti sawit, atsiri, dan teh. Selain itu, urusan mendesaknya pendirian Dekopi juga karena produksi kopi Indonesia masih di bawah Brazil dan Vietnam.
Dalam sambutannya Menteri Pertanian, Amran Sulaiman meminta Ketua Umum Dekopi ini agar melaksanakan tugas dengan baik. Ia berharap Dekopi mampu meningkatka produksi kopi Indonesia hingga 5 juta ton.
"Pak Anton tolong laksanakan dengan baik. Katanya bapak mau menciptakan produksi 5 juta ton, tolong lakukan itu sebagai amal jariyah dan juga sebagai ketua umum," pinta Amran kepada Anton.
Dalam kaca pandang Menteri Amran, kopi Indonesia, harus makin disenangi dunia. "Kita harus dorong kopi kita masuk urutan pertama produksi," tegasnya.
Amran mengaku ikut bangga ketika mendapat kabar bahwa kopi Indonesia cukup dikenal di forum internasional saat mengikuti pertemuan multilateral di Kolombia, beberapa waktu silam.
"Ada kuncinya agar kopi kita terkenal. Kuncinya adalah aspek kelembagaannya kita perbaiki, akses ke perbankan dan supply chain-nya juga kita perbaiki. Dan yang tidak kalah penting produktivitasnya harus kita angkat," paparnya.
Sebelum melantik Dekopi, Amran berbaur menyapa langsung para pelaku usaha kopi dan petani. Pada kesempatan itu, Amran bertanya kepada para pengusaha kopi, terkait bantuan yang diberikan pemerintah guna kemajuan kopi Indoesia.
“Apa yang perlu pemerintah dukung dan berikan untuk bapak hadirin semua? Konkret saja jangan bertele-tele, kita selesaikan langsung di sini,” kata Amran.
Mendengar pernyataan tersebut, para peserta langsung menyampaikan unek-uneknya selama ini. Salah satunya adalah perlunya peremajaan tanaman kopi.
Merespon permintaan itu, Mentan langsung memanggil Dirjen Perkebunan saat itu juga. Menteri Amran langsung memerintahkan agar menambahkan anggaran untuk kopi dan realokasi sekiranya anggarannya dirasa kurang.
“Besok langsung dieksekusi ya,” katanya menekankan.
Gaya-gaya spontan seperti itu selalu diambil Mentan Amran untuk memberikan solusi terhadap masalah di lapangan. Apalagi saat kunjungan kerja ke lebih dari 400 kabupaten. Seluruh aspirasi petani dan masalah di lapangan, langsung direspon dan ditindaklanjuti.
Dalam pertemuan dengan Dewan Kopi Indonesia, Amran mengatakan pengembangan Kopi Nusantara akan dibuat konsep seperti program jagung yang saat ini sudah berhasil dilaksanakan, bahkan sampai ekspor. Pola kerjasama dengan para pelaku usaha kopi, baik itu eksportir, pelaku bisnis warung kopi, penangkar bibit kopi dan para petani.
“Caranya semua pelaku usaha membagi habis pengembangan kopi ini berdasarkan wilayah kerja masing-masing. Pelaku usaha bermitra dan membina petani kopi. Eksportir untuk membawahi penangkar bibit. Para petani berproduksi kopi dari hulu sampai hilir,” paparnya.*** sumber: majalahhortus.com